TEMPO.CO, Yogyakarta - Kelompok girls band yang tengah naik daun, 7 Icons, ikut angkat bicara soal polemik rok mini yang jadi sorotan mulai dari tudingan sebagai penyebab perkosaan di angkot sampai rencana aturan di Dewan Perwakilan Rakyat.
Kelompok yang popular membawakan single berjudul Playboy itu menilai rok mini yang dikenakan kaum hawa bukanlah pemancing utama seorang lelaki berpikir negatif atau bertindak kejahatan.
“Banyak juga kejadian, perempuan ngga pakai rok mini, pakaiannya lengkap sekali, siang atau malam, tetap juga diperkosa. Dasar hidung belangnya aja yang makin banyak,” kata Mezty, salah satu personil 7 Icons ketika ditemui Tempo disela mengisi acara ‘Karnaval Musik SCTV’ di Yogyakarta Sabtu malam 17 Maret 2012.
Girls band beranggotakan tujuh orang yakni Vanila, Natly, Mezty, GC, PJ, A Tee, dan Linzy itu menilai rok mini hanya sebuah fashion yang bisa disiasati dengan cara fashion juga, bukan dengan larangan baku apalagi legal formal.
“Misalnya aja dengan memakai stocking warna gelap, itu kan juga bisa menyamarkan,” kata personil 7 Icons lainnya, GC. Meski demikian, kelompok yang telah mengeluarkan mini album bertajuk "Loveable" itu mengakui bila dengan kondisi transportasi umum yang masih amburadul saat ini baik kondisi dan identitasnya turut mengancam kebebasan ekspresi kaum hawa khususnya dalam memakai rok mini.
“Harusnya kan dibuat aturan soal angkot umum itu, misalnya pelarangan kaca gelap, wajib menyalakan lampu malam hari, sampai aturan penyewaan yang terawasi,” kata Mezty yang di kelompoknya berjuluk Sexy Icon itu.
Sayangnya, sejauh ini tanda-tanda perbaikan itu belum ada.”Lha sekarang kok malah DPR ikut-ikutan bahas larangan rok mini sih? Kayak nggak ada kerjaan lainnya?” kata GC.
Girls band yang memulai debutnya dengan bermain dalam sinetron Go Go Girls pada 2011 itu meminta kaum perempuan lebih cerdas memilih tempat kegiatan dan sarana transportasi yang lebih aman. “Sekarang banyak tabiat yang bermasalah, jadi hati-hati,” kata Mezty.
PRIBADI WICAKSONO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar